Senin, 14 Desember 2015

FF Jikook - Mine is Yours Chap. 1



Mine is Yours
Second Bangtan's Couple FF. This is GS(GenderSwitch) for Uke’s. Warning: Rated M for first chapt, Rated T for next chapt, typo(s). (지민X정국) JiKook /Yoonmin /YoonJin and others. Gak bisa buat summary T.T langsung baca aja ya and please don't be a plagiator. Review juseyo
Rated: Fiction M - Indonesian - Drama/Hurt/Comfort - Chapters: 11 - Words: 79,673 - Reviews: 210 - Favs: 61 - Follows: 49 - Updated: 1/31 - Published: 12/14/2015 - Status: Complete -
+  -     Full 3/4 1/2    Expand Tighten  
Mine is Yours
Title : Mine is Yours
Genre : Action(?), Drama, Friendship, Romance(?)
Rated : M
Main Cast : Park Jimin, Jeon Jungkook, Min Yoongi (Suga)
Other Casts : Bangtan's members
Semua cast milik Tuhan, para orang tua dan diri mereka masing-masing serta Big Hit ent. Saya hanya meminjam mereka disini.
Warning : GS (Gender Switch), OC (Original Character), typo(s), bahasa non baku dan ada sedikit dirty talk, NC inside
Lihat rated! M 18+ untuk -18, lebih baik out dari sini ya *pyong*
.
.
.
Tik Tok Tik Tok
Jam di dinding itu terus berdenting. Seorang namja mengerjapkan matanya tanda ia sudah terbangun dari mimpi indahnya. Ia melihat ke sekelilingnya, ruangan gelap yang tak dikenalnya.
"Hmmm hmmm" namja itu sulit bergerak karena tangan dan kakinya terikat di kursi yang ditempatinya, mulutnya pun di bekap hingga ia sulit untuk berbicara.
Namja itu tidak kehabisan akal. Ia terus bergerak-gerak resah membuat kursi yang ditempatinya ikut bergoyang dan menimbulkan suara gaduh. Tangannya mulai bergerak-gerak berusaha mencoba membuka ikatan tali.
Brakk
Namja itu beserta kursi yang di dudukinya terjatuh menyebabkan suara bedebum yang sangat keras. Namun ia berhasil melepaskan ikatan tali yang tadi mengikat tangannya. Tanpa berpikir lagi ia langsung melepaskan juga ikatan di kaki dan bekapan di mulutnya.
"Sh*t! Kali ini aku memang lengah. Lihat saja 'Gadis Gila' aku akan memastikan jika kau tidak akan pernah bisa lagi menangkapku!" Ujar namja itu sambil bergegas kabur dari tempat penyekapannya itu.
Tap Tap Tap
"Hei jangan lari!" Ujar seorang namja berbadan besar sambil berlari ke arahnya.
"Sial! Apa boleh buat!"
Bugh Bugh
Namja itu segera melepaskan tinjunya kearah namja bertubuh besar yang berniat mengejarnya. Berkelahi bukanlah soal yang sulit untuk seorang pemegang sabuk hitam taekwondo itu.
"Bodoh. Cih!"
"Wah keren sekali. Hai, apa kabar?" Ujar seorang yeoja berambut hitam sebahu dan mengenakan pakaian serba hitam yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.
"Cih! Dasar gadis gila! Aku tahu ini semua perbuatanmu!"
Yeoja berpakaian serba hitam itu hanya tersenyum simpul. Perlahan ia mendekatkan dirinya kepada namja yang baru saja berusaha kabur itu. Ia menarik kerah bajunya dan menempelkan pistol tepat di kepalanya. Yeoja itu tersenyum simpul hingga menampilkan gigi kelincinya yang membuatnya malah jadi terkesan lucu bukan seram.
"Well, Tuan Jimin, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini padamu. Hanya saja... Akhhh"
Dengan cepat namja yang bernama Jimin itu melepaskan cengkraman tangan yeoja berambut hitam itu dari kerah bajunya. Sekarang yeoja itu yang sudah tidak bisa berkutik melihat Jimin yang sudah mengunci geraknya. Jimin mencengkram kedua tangannya dengan kuat hingga pistol yang sebelumnya di pegang olehnya pun terlepas.
"Dan aku tidak akan bersikap lemah pada seorang yeoja sekalipun. Apalagi itu kau, gadis gila!" Jimin segera mendorong tubuh yeoja berjas itu hingga membentur dinding dengan cukup keras.
"Hah, bagaimana? Jadi lebih baik yeoja sepertimu pulanglah ke rumah dan jadilah yeoja yang baik. Jangan suka mengikutiku, arra?"
Bughh
Jimin pun langsung jatuh terkapar dan tak sadarkan diri di lantai setelah mendapatkan tendangan keras dari yeoja berpakaian hitam yang kini tersenyum sinis ke arahnya.
"Aku Jeon Jungkook. Dan aku bukan yeoja yang lemah!"
SKIP
"Selamat malam nona Jeon, anda ingin aku aku siapkan makan malam?" Ujar salah seorang maid pada Jungkook yang pulang dengan wajah berserinya.
"Ani, aku sudah kenyang. Oh tolong kau panggilkan Hoseok untuk membawa temanku ke kamarku. Ia ada di mobil." Ujar Jungkook sambil berlalu menuju ke lantai atas, ke kamarnya.
"Nde, nona Jeon." Ujar maid itu lalu bergegas pergi ke arah halaman belakang untuk memanggil maid lainnya.
Tok Tok Tok
Suara pintu di ketuk. Jungkook yang sedang berdiri di teras balkon kamarnya pun langsung kembali masuk ke kamarnya untuk melihat siapa yang datang.
"Maaf, nona. Saya hanya ingin mengantarkan teman anda." Ujar seorang namja berwajah jenaka sambil merangkul Jimin, 'teman' yang dimaksud oleh Jungkook.
"Rebahkan saja dia di tempat tidurku. Biarkan dia istirahat." Perintah Jungkook. Hoseok pun melakukan perintah itu tanpa membantahnya sedikitpun. Karena ia hanya maid disini dan ia tidak berani dengan nona majikan yang suka seenaknya itu.
Hoseok merebahkan tubuh Jimin di tempat tidur king size milik nona majikannya. Setelah itu ia segera pamit untuk turun ke bawah tanpa ada niat mau mengganggu kegiatan yang akan dilakukan nona majikannya itu.
CKLEK
Jungkook segera mengunci pintu kamarnya setelah Hoseok keluar. Tak lupa ia mengunci pintu balkonnya juga. Ia tidak ingin Jimin kabur saat ia telah sadarkan diri. Jungkook membawa kunci-kunci itu bersamanya meski ia berniat ingin membersihkan diri.
SKIP
"Dimana aku?" Tanya Jimin saat ia sudah sadar dari pingsannya. Ia melihat ke sekelilingnya dengan tatapan bingung. Kepalanya juga terasa pusing dan perutnya masih terasa sakit karena tendangan Jungkook.
Jimin segera membulatkan matanya saat ia mengingat Jungkook, seorang yeoja yang ia nilai gila. Bagaimana tidak? Beberapa bulan ini, Jimin selalu menjadi target incaran Jungkook setelah gadis itu pindah ke Bangtan University tempat mereka kuliah sekarang. Entah kenapa gadis itu selalu membuntuti dirinya kemana pun ia pergi, selalu mengawasinya, bahkan sering mengajaknya pergi. Namun Jimin selalu menolak semua ajakannya membuat gadis itu geram dan mencoba menculiknya beberapa kali.
"Aku harus pergi sekarang." Baru saja Jimin berniat bangkit namun pintu kamar mandi itu terbuka menampilkan Jungkook dengan balutan bathrobe putihnya dan rambut hitamnya yang masih basah.
"Kau sudah bangun? Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" Tanya Jungkook sambil berjalan ke arah Jimin.
"Apa yang mau kau lakukan padaku, hah? Belum puas selama ini kau mengganggu hidupku? Dasar menyebalkan! Aku ingin pulang sekarang!" Amarah Jimin kembali meledak namun Jungkook hanya bersabar. Ia terdiam sambil memasang senyum bodohnya. Ia sama sekali tidak menanggapi ucapan Jimin.
"Kenapa buru-buru sekali? Tenanglah aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin bersamamu saja. Apa itu salah?" Tanya Jungkook sambil memasang wajah polosnya membuat Jimin semakin geram.
"Aku tidak sudi bersama gadis gila sepertimu! Dan jangan pernah menyentuhku!" Jimin menepis tangan Jungkook saat yeoja itu ingin menggenggam tangannya.
"Kasar sekali. Tapi aku senang. Kau tahu betapa bahagianya aku saat ini?" Jungkook memeluk tubuh Jimin dengan erat melupakan rasa sakit pada tangannya yang tadi tanpa sengaja membentur sandaran tempat tidur yang terbuat dari kayu.
"Dasar gadis gila! Lepaskan aku sekarang!" Jimin berusaha melepaskan pelukan Jungkook dari tubuhnya, namun Jungkook malah semakin memeluk erat tubuhnya.
"Sudah lama aku ingin melakukan ini denganmu. Gomawo, aku senang sekali." Ujar Jungkook membuat Jimin semakin frustasi.
"Apa yang kau mau dariku, hah? Cepat katakan! Aku tidak mau terus berurusan denganmu!"
"Aku hanya ingin kau, kau, kau dan kau." Ujar Jungkook masih dalam posisi memeluk tubuh Jimin.
"Aku? Tapi maaf. Aku tidak bisa."
"Hanya untuk hari ini saja. Jebal..." ujar Jungkook memelas.
"Tidak. Aku sudah di miliki orang lain. Dan aku sangat mencin-"
CUP
Jungkook langsung mengecup bibir Jimin dan melumatnya perlahan. Ia melakukan itu karena ia tidak ingin mendengar kelanjutan dari ucapan Jimin yang membuatnya semakin geram. Siapapun dia, Jungkook akan melenyapkannya dan membuat Jimin hanya untuk dirinya, bukan yang lain.
"Hmm" Jimin memberontak di dalam ciumannya, namun Jungkook malah menekan tengkuk Jimin dan memperdalam ciuman mereka.
Jungkook mendorong tubuh Jimin hingga terbaring di tempat tidur dengan posisi ia menindih tubuh Jimin. Jimin hanya bergerak resah dengan apa yang di lakukan Jungkook. Berulang kali ia mencoba mendorong tubuh Jungkook agar menjauh dari dirinya namun tak pernah berhasil.
Jungkook menggigit bibir bawah Jimin dengan kasar membuat sang empunya tanpa sadar membuka mulutnya. Kesempatan itu langsung di ambil Jungkook untuk melesakkan lidahnya masuk ke dalam goa hangat Jimin. Lidahnya terus membelit, mendorong dan mengajak lidah Jimin untuk bertarung.
Jungkook melepaskan ciumannya karena merasa Jimin tak memberi respon apapun. Hanya dia yang menikmati ciuman itu dan ia sangat membencinya. Jungkook memposisikan dirinya duduk menimpa perut Jimin yang masih terbaring di bawahnya. Jari-jari tangan Jungkook dengan usil mulai bermain-main di sekitar dada Jimin yang masih berbalut kemeja putih yang di kenakannya.
"Hentikan Jeon Jungkook!" Teriak Jimin saat Jungkook mulai membuka satu persatu kancing kemeja Jimin.
"Ternyata kau memang mengingat namaku. Aku senang sekali, ChimChim." Ujar Jungkook masih asik dengan kegitannya membuka kancing kemeja yang dikenakan Jimin hingga mengekspos tubuh bagian atas Jimin dan perut sixpacknya.
"Ya! Hen-hentikan! Pab-bo!" Ujar Jimin terbata-bata saat jari-jari lentik Jungkook bermain-main di sekitar dada dan nipplenya.
"Wae? Bukankah ini mengasyikan?" Ujar Jungkook dan terus memainkan jari-jarinya di sekitar dada dan nipple Jimin.
"Ahh hen-ti-kan!" Ujar Jimin susah payah saat nipple kanannya dimanjakan oleh benda kenyal tanpa tulang milik Jungkook.
Jungkook masih terus melanjutkan aktifitasnya. Lidahnya terus bermain-main di sekitar dada Jimin, sementara jari-jari tangannya kini sudah mengarah ke suatu tempat yang sangat privasi.
"Kau menikmatinya?" Tanya Jungkook sambil menatap wajah Jimin yang sudah memerah.
Srekk
Jari-jari Jungkook kini sukses melepaskan celana yang di kenakan oleh Jimin menyisakan sebuah boxer hitam dengan sesuatu yang terlihat menyembul di tengah. Jungkook tertawa dalam hatinya saat melihat wajah Jimin yang semakin memerah.
Jungkook memundurkan sedikit posisi duduknya membuat 'milik'nya langsung bersentuhan dengan 'sesuatu' yang menyembul di balik boxer itu. Jungkook dengan sengaja menggoyangkan pinggulnya membuat 'milik'nya jadi bergesekan dengan 'sesuatu' itu. Jungkook merasa dirinya memang sudah benar-benar gila sekarang namun ia tak peduli selama ia bisa mendapat kebahagiaannya.
"Ahhh ahhh nikmat shhh sekalihhh" ujar Jungkook masih terus menggoyangkan pinggulnya dan memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas kemeja milik Jimin yang masih menggantung di tubuh namja yang masih berusaha menahan hasratnya itu.
"Ahhh I'm wet shhh ahhh" Ujar Jungkook terengah dan menghentikan aktifitasnya. Ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jimin yang terlihat naik turun.
"Wae? Kenapa diam saja? Apa aku masih belum bisa memuaskanmu? Atau ak-"
Tiba-tiba Jimin segera membalik posisi. Kini Jungkook yang jadi terbaring di tempat tidur. Jungkook mengerjapkan matanya tanda ia terkejut berbeda dengan tatapan mata Jimin yang terlihat seperti hewan buas yang kelaparan dan siap menyantap mangsanya.
Tanpa babibu Jimin langsung menyambar bibir pink Jungkook membuat Jungkook terbelalak. Namun detik berikutnya ia memeluk tengkuk Jimin dan menekannya, memperdalam ciuman mereka. Jimin semakin menuntut di dalam ciumannya. Ia melumat bibir atas dan bawah Jungkook secara bergantian dan menggigitnya. Lidah Jimin yang kini berhasil masuk ke dalam goa hangat Jungkook, mengajak lidah yeoja itu bertarung. Saling membelit, saling mendorong hingga membuat decakan-decakan saliva tercipta di dalam ciuman panas mereka.
"Engg" erang Jungkook saat tangan Jimin meremas breast miliknya. Entah kapan Jimin berhasil membuka ikatan bathrobenya dan membuat tubuh putih mulus tanpa cacatnya jadi terekspos sempurna.
"Ahhhh hmmm" erang Jungkook saat Jimin terus meremas breast besarnya membuat dirinya serasa terbang.
"Ahh Jimhhh" Jungkook semakin merasa lemas saat Jimin menekan-nekan dan menjilat nipplenya yang sudah menegang.
Jungkook menekan kepala Jimin agar Jimin semakin dalam menghisap nipplenya. Ia menyukai apa yang Jimin lakukan pada nipplenya. Jimin yang mengerti terus meraup nipple atau puting susu itu seperti bayi yang rakus. Jungkook memejamkan matanya menikmati apa yang di rasakannya sekarang. Rasa nikmat tiada tara yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya dari siapapun.
"Ahh Jimhhh akuhh basahhhh ahhh" ujar Jungkook susah payah saat merasa ada sesuatu yang keluar dari dalam tubuhnya.
"Salahkan sendiri dirimu yang sudah kembali meliarkan singa jinak ini." Ujar Jimin sukses membuat wajah Jungkook memerah.
"Ahh Jimhh shhh hmmm" Teriak Jungkook saat Jimin menjilat 'milik'nya dan menelan cairan yang baru saja keluar dari dalam tubuhnya itu.
"Kau sudah mengumpankan dirimu untuk singa lapar. Jadi salahkan saja dirimu nona kelinci jika aku akan memakanmu." Jimin melepaskan boxer hitam yang di kenakannya menampilkan 'milik'nya yang sudah menegang sempurna. Jimin mengocok miliknya sebentar hingga mengeluarkan suatu cairan putih. Jungkook yang melihatnya pun hanya bisa menegak salivanya sendiri.
Jimin segera menekuk kedua lutut Jungkook dan melebarkannya agar ia bisa dengan mudah masuk ke inti. Jimin mengarahkan juniornya tepat di depan hole milik Jungkook. Sesekali Jimin melirik ke arah Jungkook yang hanya bisa memejamkan mata dan menggigit bibirnya. Kedua tangannya pun mencengkram sprai kuat-kuat. Merasa tak tega, Jimin membatalkan niatnya. Ia menyandarkan punggungnya disandaran tempat tidur.
"Jangan paksakan dirimu. Sudah tidurlah." Ujar Jimin lembut sambil mengusap kepala Jungkook pelan.
"Shi-shireo! Ak-aku tidak mau tidur! Jebal hmm..." Jungkook menggigit bibirnya. Ia bingung ingin mengatakan apa.
"Ani, aku tidak mau..." tolak Jimin
"Baiklah. Biar aku yang melakukannya." Ucap Jungkook tegas. Jimin hanya bisa membulatkan mata mendengar ucapan Jungkook tadi.
"A-akhhhh a-app-appo shhh" rintih Jungkook saat memaksa junior Jimin masuk ke dalam hole nya. Ia merasa dirinya seperti di belah menjadi dua. Sakitnya luar biasa. Jimin yang melihat Jungkook merasa kesakitan pun jadi tidak tega. Ia segera mengecup bibir pink yang sudah terlihat membengkak akibat aksi bejatnya tadi berharap cara itu dapat meredam rasa sakit yang didera Jungkook.
"Engg hmm" desah Jungkook lagi saat junior Jimin sudah benar-benar masuk sepenuhnya ke dalam hole sempitnya.
"Sakit?" Tanya Jimin yang hanya di balas anggukan oleh Jungkook.
"Dan kau..." Jimin membelalakan matanya saat melihat cairan merah mengotori sprai putih itu. Seakan mengerti maksud Jimin, Jungkook kembali menganggukan kepalanya.
"Jungkookie kau ter- ohhh"
Jungkook mulai menggerakan pinggulnya. Junior Jimin yang sekarang berada di dalamnya jadi terasa menyodok holenya semakin dalam. Jungkook memejamkan matanya untuk merasakan kenikmatan tiada tara itu. Jimin pun mau tidak mau ikut menggerakkan pinggulnya berlawanan arah dengan Jungkook. Ia mengeluarkan juniornya dan kembali menghentakkannya masuk ke dalam hole Jungkook dengan kuat.
Jimin membaringkan tubuh Jungkook kembali di tempat tidur.
Kedua manusia itu masih terus melanjutkan aktifitas panas mereka tanpa ada yang berniat untuk berhenti. Erangan dan desahan pun saling beradu dan memenuhi ruang kamar yang ikut menjadi terasa panas. Decitan tempat tidur dan suara kulit yang bertabrakan pun ikut mengiringi aktifitas Jimin dan Jungkook. Hingga hari semakin bertambah malam dan tertidur karena kelelahan.
Cittt Citttt Cittt
Seorang yeoja terbangun saat sinar matahari tepat menusuk kedua matanya. Ia mengerjapkan matanya perlahan mencoba membiasakan sinar matahari pagi itu masuk ke matanya. Yeoja itu menguap lebar tanda jika ia masih mengantuk namun hari sudah pagi dan memaksanya untuk bangun.
"Ahhh appo..." rintihnya saat merasakan sakit yang teramat sangat pada bagian bawahnya.
"Jim?" Yeoja itu melihat ke samping kirinya tempat dimana semalam ia bisa melihat dengan jelas seorang namja yang dicintainya tidur bersamanya kini sudah tak ada disana.
"Jim? Kau dimana?" Panggil Jungkook namun tak ada jawaban apapun. Dengan susah payah ia pun bangun.
Dengan tubuh berbalut selimut, Jungkook berjalan perlahan ke arah kamar mandinya berharap jika Jimin, namja yang dicintainya berada disana. Jungkook dapat merasa kesakitan yang amat sangat saat ia melangkahkan satu persatu kakinya ke arah pintu kamar mandi.
CKLEK
"Jim?" Jungkook hanya bisa menghela nafasnya berat saat tak mendapati Jimin di dalam kamar mandi itu.
"Jim? Kau dimana?" Panggil Jungkook lagi. Namun yang dipanggil tetap tak menunjukkan batang hidungnya.
Jungkook pun berjalan kembali ke arah tempat tidurnya. Ia sudah tidak bisa berjalan terlalu lama lagi. Rasa sakit itu semakin terasa saat ia memaksakan dirinya untuk terus bergerak. Dan mata Jungkook menangkap sesuatu. Ada secarik kertas di meja nakas di tempat tidurnya. Jungkook pun mengambil kertas itu dan membaca isi tulisan di sana.
'Aku sudah mengikuti apa keinginanmu, bukan? Dan sekarang aku minta kau jangan pernah mengganggu hidupku lagi. Selamat tinggal. Jimin.'
Jungkook merasa matanya memanas. Air mata tanpa sadar menetes dari pelupuk matanya. Sakit hati melihat apa yang tertulis di kertas itu. Namun ia sadar. Semua ini memang keinginannya dan Jimin tidak pernah menginginkannya. Apa yang terjadi semalam berasal dari dirinya dan ia tidak bisa menyalahkan Jimin. Semua salah dirinya dan sekarang yang harus ia lakukan adalah mengikuti apa yang diminta oleh Jimin. Jangan mengganggunya. Karena Jimin saja sudah menuruti permintaan dirinya. Ia tidak mau menjadi gadis egois lagi. Ia harus menyerah dan menepati janjinya. Semoga dengan cara ini ia bisa membuat Jimin dan dirinya bahagia. Ya, semoga saja.
SKIP
Seorang gadis cantik sedang berdiri di bawah sebuah pohon sakura di dekat gerbang universitasnya. Ia terlihat seperti sedang menunggu seseorang dan wajahnya tak pernah lepas dari senyuman. Tak lama sebuah motor besar berjalan memasuki gerbang universitas itu. Wajah gadis cantik itu semakin terlihat bahagia. Ia melambaikam tangannya ke arah seorang pemuda yang mengendarai motor besar itu.
"Chagiya..." gadis cantik itu merangkul lengan sang pemuda saat pemuda itu berhenti tepat di depannya.
"Pagi, chagi. Sudah lama menungguku?" Tanya pemuda berambut merah itu.
"Ani. Oh ya aku membawakan sesuatu untukmu. Kau harus memakannya, arra?" Ujar gadis itu sambil memberikan kotak yang di pegangnya.
"Hmm pasti aku memakannya. Aku kan tidak ingin membuat Yoongieku marah karena aku tidak memakan masakanmu." Ujar sang pemuda lalu mencubit pelan pipi gadis yang memerah itu.
"Gomawo, Jiminie~... Saranghae..."
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang melihat mereka dengan tatapan sedih. Orang itu lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan sakit hati. Air matanya pun sudah tak bisa ia bendung lagi. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Yang ia bisa lakukan hanya menangis dan mencoba untuk tegar.
SKIP
Jungkook sedikit berlari saat baru saja tiba di universitasnya. Ia terlambat hari ini karenanya ia langsung berlari menuju kelas. Ia tidak ingin mendapat hukuman karena keterlambatannya. Karena terlalu terburu-buru, ia jadi tidak menyadari ada seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya sambil membawa beberapa buku.
Bukk
"Auuw appo..." Jungkook jatuh tersungkur dengan lutut yang membentur aspal. Rasa perih dapat ia rasakan saat kulitnya bergesekan dengan aspal keras.
"Ahh joseonghamnida... Joseonghamnida... Gwenchana?" Tanya seorang gadis bermaksud membantu Jungkook untuk berdiri.
"Ne, nan gwenchana... Kamsahamnida..." balas Jungkook sungkan.
"Maaf aku jalan tidak lihat-lihat hingga membuatmu terjatuh seperti ini." Ujar gadis berambut coklat panjang itu.
"Aniya, ini salahku yang berlari dan tidak melihatmu, mian..." Jungkook memberikan kembali tumpukan buku gadis yang terjatuh.
"Yoongiie!"panggil seseorang namun aneh Jungkook merasa deg-degan saat mendengar suara orang itu.
"Yoongiie! Ap-pa yang terja-" ucapan namja itu terpotong saat matanya bertemu dengan mata Jungkook. Jungkook pun ikut membelalakan matanya membuat matanya yang bulat jadi bertambah besar.
"Ahh mianhae... Aku harus pergi. Sekali lagi, mian.." ujar Jungkook lalu langsung berjalan masuk ke dalam gedung.
"Jim? Wae? Apa kau mengenalnya? Kau memperhatikannya terus." Ujar Yoongi menyadarkan Jimin dari lamunannya.
"Ani. Kajja kita juga harus ke kelas." Ajak Jimin sambil menggenggam tangan Yoongi masuk ke dalam gedung tempat kelas mereka berada.
SKIP
Jungkook sudah menyelesaikan kelasnya. Ia merasa penat. Kepalanya terasa pusing mengingat materi yang diajarkan tadi oleh dosennya. Jungkook butuh penyegaran sekarang. Ia bermaksud pergi ke kantin untuk membeli minuman dingin untuk mendinginkan kepalanya yang terasa pusing dan panas itu.
"Satu Ice Cappucino dan double french fries." Ujar Jungkook sambil memberikan beberapa lembar won kepada sang bibi penjual minuman di kantin.
"Gomawo..." Jungkook membawa nampan berisi pesanannya untuk mencari tempat duduk. Namun sayang kantin itu terlalu ramai dan ia tidak menemukan tempat kosong.
"Hei! Duduk disini saja!" Tiba-tiba ada seorang yeoja yang berteriak dan melambaikan tangannya kepada Jungkook. Yeoja itu duduk tepat di samping Jungkook berdiri.
"A-ani, tidak usah. Aku akan membungkus makananku dan memakannya di taman saja." Tolak Jungkook.
"Eiii jangan seperti itu. Duduklah. Disini." Yeoja itu menarik tangan Jungkook untuk duduk. Jungkook melirik seorang namja yang duduk di samping yeoja tadi. Namja itu hanya memasang wajah datar nya dan enggan menatap dirinya.
"Ohh Jim tidak apa kan jika ia ikut bergabung dengan kita? Kasihan dia... Sudah tidak ada tempat kosong." Ujar yeoja itu yang hanya diangguki sang namja, Jimin.
"Sudah. Duduklah. Jangan sungkan pada kami." Yoongi memaksa Jungkook untuk duduk berhadapan dengannya.
"Ne, gomawo..." balas Jungkook dan duduk berhadapan dengan Yoongi.
"Oh ya kita belum berkenalan ya. Siapa namamu? Namaku Min Yoongi tapi kau bisa memanggilku Yoongi." Ujar Yoongi ramah pada Jungkook.
"Annyeong aku Jeon Jungkook. Tapi sunbae bisa memanggilku Jungkook saja." Jungkook balas memperkenalan dirinya dengan santai menghilangkan rasa gugup di hatinya.
"Heyy jangan panggil aku sunbae. Terdengar tidak enak sekali hahaha eh tunggu, Jeon Jungkook? Ahh apa kau tidak mengingatku, Kookie? Astaga aku tidak sadar jika kau Kookieku. Padahal baru beberapa bulan yang lalu kita saling berkiriman email ya." Ujar Yoongi senang membuat Jimin mengerutkan kening melihat reaksi kekasihnya itu.
"Ehh? Ahh astaga! Aku baru ingat! Yoongi eonnie kakak kelasku saat di L.A bukan? Astaga sudah lama kita tidak bertemu eonnie... Pantas saja aku merasa tidak asing melihatmu, eon meski ya penampilanmu sekarang sedikit berubah." Balas Jungkook tak kalah senang. Jimin di buat semakin bingung dengan situasi seperti ini.
"Kau juga kelihatan berubah. Jadi tambah cantik. Oh ya, Kookie. Kenalkan, dia namjachinguku, namanya..."
"Park Jimin, kan?" Jawab Jungkook tanpa sadar.
"Wah ternyata kalian sudah saling kenal ya?"
"TIDAK!" Teriak Jimin dan Jungkook bersamaan.
"Ehh?"
"Hahaha chagi aku tidak mengenalnya kok, hahaha mana mungkin aku mengenal yeoja seperti dia haha" ujar Jimin sambil menekan tiap kata-katanya menghasilkan senyum sedih dari Jungkook.
"Hahaha ya eonnie, kami memang tidak saling mengenal kok. Aku hanya tahu karena teman-teman sekelasku ada yang suka membahas tentang Ji-Jimin sunbae hehehe" balas Jungkook sambil mencoba bersikap biasa. Ia sadar jika sedari tadi Jimin memelototinya.
"Ohh jika kalian sudah saling kenal tidak apa kok. Malah bagus aku senang jika saengku ini kenal dengan namjachinguku." Yoongi mengelus lembut rambut hitam Jungkook yang hanya dibalas senyuman oleh Jungkook.
"Oh ya aku baru ingat ini tentang email terakhirmu itu. Kau cerita padaku jika kau sedang menyukai seseorang di kampus barumu. Karena kau kuliah disini berarti namja itu kuliah di sini juga, bukan? Dan aku penasaran siapa dia. Aku ingin lihat siapa namja beruntung yang disukai olehmu itu, Kook." Ujar Yoongi membuat Jungkook menghentikan acara makannya.
"Ahh itu hmm..." Jungkook menundukkan kepalanya. Ia bingung harus menjawab apa. Apa ia harus bilang sejujurnya jika namja yang disukainya adalah namja yang duduk tepat disamping Yoongi, kakak kelas yang sudah dianggap kakaknya sendiri?
"Katakan saja. Aku janji tidak akan memberitahu siapapun. Jimin juga tidak akan memberitahu pada namja itu kok. Ya kan, Jim?"
"Haa? Ahh ya.." balas Jimin tak kalah gugup.
"Ani, eon. Tidak ada yang aku sukai. Dulu ya aku memang sempat mengaguminya namun namja itu selalu menolakku. Jadi sekarang entahlah eon aku sedang belajar melupakannya. Lagipula namja di dunia ini bukan hanya dia saja, bukan?" Ujar Jungkook berusaha tegar. Ia mencoba menahan air mata yang nyaris akan keluar dari pelupuk matanya. Ia menolehkan kepalanya ke samping berharap agar Yoongi ataupun Jimin tidak bisa melihat wajah sedihnya.
"Aigoo... Jadi kau baru saja patah hati? Kasihan sekali saengku yang cantik ini... Lihat saja jika aku tahu siapa namja itu, aku akan meninjunya karena sudah membuat saengku jadi menangis seperti ini."
"Uhukkk uhukkk uhukkk" ucapan Yoongi tadi sukses membuat Jimin tersedak makanannya.
"Waeyo, Jiminie? Pelan-pelan saja makannya." Ujar Yoongi sambil menepuk-nepuk punggung Jimin pelan.
Akhirnya Jimin sudah tidak tersedak lagi. Ia bisa kembali menikmati makanannya seperti semula. Yoongi dan Jungkook pun terus mengobrol menceritakan semua yang telah mereka lalui mulai dari masa SMA mereka hingga masa sekarang. Yoongi selalu menceritakannya dengan wajah berbinar berbeda dengan Jungkook yang hanya memasang wajah datarnya dan hanya sesekali tersenyum menanggapi ucapan Yoongi. Jungkook merasa tidak nyaman terus menerus berada disana. Selera makannya pun seketika lenyap apalagi saat melihat adegan mesra pasangan di hadapannya. Jungkook merasa mual dan ingin segera pergi dari sana. Namun ia sendiri merasa tidak enak pada Yoongi yang selalu baik padanya.
"Kookie, Jiminie~ aku ingin ke toilet sebentar ya." Pamit Yoongi.
"Mau aku antar?" Tawar Jimin.
"Ani, tidak perlu. Aku bukan anak kecil lagi, Jim. Sudah kau disini saja. Temani Jungkook makan disini. Jungkook aku ke toilet sebentar ya." Pamit Yoongi dan berlalu dari hadapan Jimin dan Jungkook.
Selepas kepergian Yoongi, suasana di antara Jimin dan Jungkook membeku seketika. Tidak ada bahan obrolan di antara keduanya. Makanan di hadapan mereka pun jadi didiami dan seperti enggan mereka makan kembali. Mereka hanya fokus dengan pikirannya masing-masing.
"Kenapa kau masih disini? Kau masih ingin mengikutiku? Mana janjimu yang kau bilang kau tidak akan mengikutiku lagi, hah?" Ujar Jimin to the point. Itulah yang ingin ia tanyakan pada Jungkook sedari tadi.
"Sebenarnya aku memang ingin pergi. Tapi aku tidak enak pada Yoongi eonnie makanya aku..."
"Jangan jadikan Yoongi sebagai alasanmu untuk tetap disini. Pergilah aku muak melihatmu." Ujar Jimin ketus. Jungkook merasa sangat sakit hati dengan ucapan Jimin tadi. Ia ingin membalasnya namun ia juga ingat dengan janjinya dahulu. Akhirnya tanpa banyak bicara lagi Jungkook bangkit dan berniat pergi namun kata-kata Jimin berikutnya semakin membuatnya sakit hati.
"Kalau bisa kau enyah dari hidupku!!."
.
.
.
.
TBC~~~~~
.


Duh kok ya FF ini ceritanya aneh bin gaje banget ya? Astaga dari awal cerita sok-sokan action eh ujung-ujungnya kok ya jadi menye-menye gini, fiuhh tapi ya sudahlah yang penting ini cerita bisa aku publish supaya makin banyak FF tentang Couple favorit aku JiKook a.k.a Jimin JungKook huehehe susah banget cari FF di FFN yang cast nya mereka. Rata-rata FF mereka di FFN udah aku baca semua :'( Oh ya makasih ya untuk yang udah menyempatkan diri dan menyediakan waktu untuk baca FF aneh bin gaje ini. Dan aku bingung FF ini mau dilanjut atau gimana. Takut jadi tambah aneh bin gaje sih huhuhu so see you^^/