Mine is
Yours
Second
Bangtan's Couple FF. This is GS(GenderSwitch)
for Uke’s. Warning: Rated M for
first chapt, Rated T for next chapt, typo(s). (지민X정국) JiKook /Yoonmin /YoonJin and others. Gak bisa buat summary T.T langsung
baca aja ya and please don't be a plagiator. Review juseyo
Rated: Fiction M - Indonesian - Drama/Hurt/Comfort - Chapters: 11 -
Words: 79,673 - Reviews: 210 - Favs: 61 - Follows: 49 - Updated:
1/31 - Published: 12/14/2015 - Status: Complete -
+ -
Full 3/4 1/2 Expand Tighten
Mine is
Yours
Title : Mine
is Yours
Writer : Caramell Mel ARMY
Genre :
Action(?), Drama, Friendship, Romance(?)
Rated : M
Main Cast : Park
Jimin, Jeon Jungkook, Min Yoongi (Suga)
Other Casts
: Bangtan's members
Semua cast
milik Tuhan, para orang tua dan diri mereka masing-masing serta Big Hit ent.
Saya hanya meminjam mereka disini.
Warning : GS
(Gender Switch), OC (Original Character), typo(s), bahasa non baku dan ada
sedikit dirty talk, NC inside
Lihat rated!
M 18+ untuk -18, lebih baik out dari sini ya *pyong*
.
.
.
Tik Tok Tik
Tok
Jam di
dinding itu terus berdenting. Seorang namja mengerjapkan matanya tanda ia sudah
terbangun dari mimpi indahnya. Ia melihat ke sekelilingnya, ruangan gelap yang
tak dikenalnya.
"Hmmm
hmmm" namja itu sulit bergerak karena tangan dan kakinya terikat di kursi
yang ditempatinya, mulutnya pun di bekap hingga ia sulit untuk berbicara.
Namja itu
tidak kehabisan akal. Ia terus bergerak-gerak resah membuat kursi yang
ditempatinya ikut bergoyang dan menimbulkan suara gaduh. Tangannya mulai
bergerak-gerak berusaha mencoba membuka ikatan tali.
Brakk
Namja itu
beserta kursi yang di dudukinya terjatuh menyebabkan suara bedebum yang sangat
keras. Namun ia berhasil melepaskan ikatan tali yang tadi mengikat tangannya.
Tanpa berpikir lagi ia langsung melepaskan juga ikatan di kaki dan bekapan di
mulutnya.
"Sh*t!
Kali ini aku memang lengah. Lihat saja 'Gadis Gila' aku akan memastikan jika
kau tidak akan pernah bisa lagi menangkapku!" Ujar namja itu sambil
bergegas kabur dari tempat penyekapannya itu.
Tap Tap Tap
"Hei
jangan lari!" Ujar seorang namja berbadan besar sambil berlari ke arahnya.
"Sial!
Apa boleh buat!"
Bugh Bugh
Namja itu
segera melepaskan tinjunya kearah namja bertubuh besar yang berniat
mengejarnya. Berkelahi bukanlah soal yang sulit untuk seorang pemegang sabuk
hitam taekwondo itu.
"Bodoh.
Cih!"
"Wah
keren sekali. Hai, apa kabar?" Ujar seorang yeoja berambut hitam sebahu
dan mengenakan pakaian serba hitam yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.
"Cih!
Dasar gadis gila! Aku tahu ini semua perbuatanmu!"
Yeoja
berpakaian serba hitam itu hanya tersenyum simpul. Perlahan ia mendekatkan
dirinya kepada namja yang baru saja berusaha kabur itu. Ia menarik kerah
bajunya dan menempelkan pistol tepat di kepalanya. Yeoja itu tersenyum simpul
hingga menampilkan gigi kelincinya yang membuatnya malah jadi terkesan lucu
bukan seram.
"Well,
Tuan Jimin, sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini padamu. Hanya saja...
Akhhh"
Dengan cepat
namja yang bernama Jimin itu melepaskan cengkraman tangan yeoja berambut hitam
itu dari kerah bajunya. Sekarang yeoja itu yang sudah tidak bisa berkutik
melihat Jimin yang sudah mengunci geraknya. Jimin mencengkram kedua tangannya
dengan kuat hingga pistol yang sebelumnya di pegang olehnya pun terlepas.
"Dan
aku tidak akan bersikap lemah pada seorang yeoja sekalipun. Apalagi itu kau,
gadis gila!" Jimin segera mendorong tubuh yeoja berjas itu hingga
membentur dinding dengan cukup keras.
"Hah,
bagaimana? Jadi lebih baik yeoja sepertimu pulanglah ke rumah dan jadilah yeoja
yang baik. Jangan suka mengikutiku, arra?"
Bughh
Jimin pun
langsung jatuh terkapar dan tak sadarkan diri di lantai setelah mendapatkan
tendangan keras dari yeoja berpakaian hitam yang kini tersenyum sinis ke
arahnya.
"Aku Jeon
Jungkook. Dan aku bukan yeoja yang lemah!"
SKIP
"Selamat
malam nona Jeon, anda ingin aku aku siapkan makan malam?" Ujar salah
seorang maid pada Jungkook yang pulang dengan wajah berserinya.
"Ani,
aku sudah kenyang. Oh tolong kau panggilkan Hoseok untuk membawa temanku ke
kamarku. Ia ada di mobil." Ujar Jungkook sambil berlalu menuju ke lantai
atas, ke kamarnya.
"Nde,
nona Jeon." Ujar maid itu lalu bergegas pergi ke arah halaman belakang
untuk memanggil maid lainnya.
Tok Tok Tok
Suara pintu
di ketuk. Jungkook yang sedang berdiri di teras balkon kamarnya pun langsung
kembali masuk ke kamarnya untuk melihat siapa yang datang.
"Maaf,
nona. Saya hanya ingin mengantarkan teman anda." Ujar seorang namja
berwajah jenaka sambil merangkul Jimin, 'teman' yang dimaksud oleh Jungkook.
"Rebahkan
saja dia di tempat tidurku. Biarkan dia istirahat." Perintah Jungkook.
Hoseok pun melakukan perintah itu tanpa membantahnya sedikitpun. Karena ia
hanya maid disini dan ia tidak berani dengan nona majikan yang suka seenaknya
itu.
Hoseok
merebahkan tubuh Jimin di tempat tidur king size milik nona majikannya. Setelah
itu ia segera pamit untuk turun ke bawah tanpa ada niat mau mengganggu kegiatan
yang akan dilakukan nona majikannya itu.
CKLEK
Jungkook
segera mengunci pintu kamarnya setelah Hoseok keluar. Tak lupa ia mengunci
pintu balkonnya juga. Ia tidak ingin Jimin kabur saat ia telah sadarkan diri.
Jungkook membawa kunci-kunci itu bersamanya meski ia berniat ingin membersihkan
diri.
SKIP
"Dimana
aku?" Tanya Jimin saat ia sudah sadar dari pingsannya. Ia melihat ke
sekelilingnya dengan tatapan bingung. Kepalanya juga terasa pusing dan perutnya
masih terasa sakit karena tendangan Jungkook.
Jimin segera
membulatkan matanya saat ia mengingat Jungkook, seorang yeoja yang ia nilai
gila. Bagaimana tidak? Beberapa bulan ini, Jimin selalu menjadi target incaran
Jungkook setelah gadis itu pindah ke Bangtan University tempat mereka kuliah
sekarang. Entah kenapa gadis itu selalu membuntuti dirinya kemana pun ia pergi,
selalu mengawasinya, bahkan sering mengajaknya pergi. Namun Jimin selalu
menolak semua ajakannya membuat gadis itu geram dan mencoba menculiknya
beberapa kali.
"Aku
harus pergi sekarang." Baru saja Jimin berniat bangkit namun pintu kamar
mandi itu terbuka menampilkan Jungkook dengan balutan bathrobe putihnya dan
rambut hitamnya yang masih basah.
"Kau
sudah bangun? Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" Tanya Jungkook sambil berjalan
ke arah Jimin.
"Apa
yang mau kau lakukan padaku, hah? Belum puas selama ini kau mengganggu hidupku?
Dasar menyebalkan! Aku ingin pulang sekarang!" Amarah Jimin kembali
meledak namun Jungkook hanya bersabar. Ia terdiam sambil memasang senyum
bodohnya. Ia sama sekali tidak menanggapi ucapan Jimin.
"Kenapa
buru-buru sekali? Tenanglah aku tidak akan menyakitimu. Aku hanya ingin
bersamamu saja. Apa itu salah?" Tanya Jungkook sambil memasang wajah
polosnya membuat Jimin semakin geram.
"Aku
tidak sudi bersama gadis gila sepertimu! Dan jangan pernah menyentuhku!" Jimin
menepis tangan Jungkook saat yeoja itu ingin menggenggam tangannya.
"Kasar
sekali. Tapi aku senang. Kau tahu betapa bahagianya aku saat ini?"
Jungkook memeluk tubuh Jimin dengan erat melupakan rasa sakit pada tangannya
yang tadi tanpa sengaja membentur sandaran tempat tidur yang terbuat dari kayu.
"Dasar
gadis gila! Lepaskan aku sekarang!" Jimin berusaha melepaskan pelukan
Jungkook dari tubuhnya, namun Jungkook malah semakin memeluk erat tubuhnya.
"Sudah
lama aku ingin melakukan ini denganmu. Gomawo, aku senang sekali." Ujar
Jungkook membuat Jimin semakin frustasi.
"Apa
yang kau mau dariku, hah? Cepat katakan! Aku tidak mau terus berurusan
denganmu!"
"Aku
hanya ingin kau, kau, kau dan kau." Ujar Jungkook masih dalam posisi
memeluk tubuh Jimin.
"Aku?
Tapi maaf. Aku tidak bisa."
"Hanya
untuk hari ini saja. Jebal..." ujar Jungkook memelas.
"Tidak.
Aku sudah di miliki orang lain. Dan aku sangat mencin-"
CUP
Jungkook
langsung mengecup bibir Jimin dan melumatnya perlahan. Ia melakukan itu karena
ia tidak ingin mendengar kelanjutan dari ucapan Jimin yang membuatnya semakin
geram. Siapapun dia, Jungkook akan melenyapkannya dan membuat Jimin hanya untuk
dirinya, bukan yang lain.
"Hmm"
Jimin memberontak di dalam ciumannya, namun Jungkook malah menekan tengkuk Jimin
dan memperdalam ciuman mereka.
Jungkook
mendorong tubuh Jimin hingga terbaring di tempat tidur dengan posisi ia
menindih tubuh Jimin. Jimin hanya bergerak resah dengan apa yang di lakukan
Jungkook. Berulang kali ia mencoba mendorong tubuh Jungkook agar menjauh dari
dirinya namun tak pernah berhasil.
Jungkook
menggigit bibir bawah Jimin dengan kasar membuat sang empunya tanpa sadar
membuka mulutnya. Kesempatan itu langsung di ambil Jungkook untuk melesakkan
lidahnya masuk ke dalam goa hangat Jimin. Lidahnya terus membelit, mendorong
dan mengajak lidah Jimin untuk bertarung.
Jungkook
melepaskan ciumannya karena merasa Jimin tak memberi respon apapun. Hanya dia
yang menikmati ciuman itu dan ia sangat membencinya. Jungkook memposisikan
dirinya duduk menimpa perut Jimin yang masih terbaring di bawahnya. Jari-jari
tangan Jungkook dengan usil mulai bermain-main di sekitar dada Jimin yang masih
berbalut kemeja putih yang di kenakannya.
"Hentikan
Jeon Jungkook!" Teriak Jimin saat Jungkook mulai membuka satu persatu
kancing kemeja Jimin.
"Ternyata
kau memang mengingat namaku. Aku senang sekali, ChimChim." Ujar Jungkook
masih asik dengan kegitannya membuka kancing kemeja yang dikenakan Jimin hingga
mengekspos tubuh bagian atas Jimin dan perut sixpacknya.
"Ya!
Hen-hentikan! Pab-bo!" Ujar Jimin terbata-bata saat jari-jari lentik
Jungkook bermain-main di sekitar dada dan nipplenya.
"Wae?
Bukankah ini mengasyikan?" Ujar Jungkook dan terus memainkan jari-jarinya
di sekitar dada dan nipple Jimin.
"Ahh
hen-ti-kan!" Ujar Jimin susah payah saat nipple kanannya dimanjakan oleh
benda kenyal tanpa tulang milik Jungkook.
Jungkook
masih terus melanjutkan aktifitasnya. Lidahnya terus bermain-main di sekitar
dada Jimin, sementara jari-jari tangannya kini sudah mengarah ke suatu tempat
yang sangat privasi.
"Kau
menikmatinya?" Tanya Jungkook sambil menatap wajah Jimin yang sudah
memerah.
Srekk
Jari-jari
Jungkook kini sukses melepaskan celana yang di kenakan oleh Jimin menyisakan
sebuah boxer hitam dengan sesuatu yang terlihat menyembul di tengah. Jungkook
tertawa dalam hatinya saat melihat wajah Jimin yang semakin memerah.
Jungkook
memundurkan sedikit posisi duduknya membuat 'milik'nya langsung bersentuhan
dengan 'sesuatu' yang menyembul di balik boxer itu. Jungkook dengan sengaja
menggoyangkan pinggulnya membuat 'milik'nya jadi bergesekan dengan 'sesuatu'
itu. Jungkook merasa dirinya memang sudah benar-benar gila sekarang namun ia
tak peduli selama ia bisa mendapat kebahagiaannya.
"Ahhh
ahhh nikmat shhh sekalihhh" ujar Jungkook masih terus menggoyangkan
pinggulnya dan memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas kemeja milik Jimin
yang masih menggantung di tubuh namja yang masih berusaha menahan hasratnya
itu.
"Ahhh
I'm wet shhh ahhh" Ujar Jungkook terengah dan menghentikan aktifitasnya.
Ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jimin yang terlihat naik turun.
"Wae?
Kenapa diam saja? Apa aku masih belum bisa memuaskanmu? Atau ak-"
Tiba-tiba Jimin
segera membalik posisi. Kini Jungkook yang jadi terbaring di tempat tidur.
Jungkook mengerjapkan matanya tanda ia terkejut berbeda dengan tatapan mata Jimin
yang terlihat seperti hewan buas yang kelaparan dan siap menyantap mangsanya.
Tanpa babibu
Jimin langsung menyambar bibir pink Jungkook membuat Jungkook terbelalak. Namun
detik berikutnya ia memeluk tengkuk Jimin dan menekannya, memperdalam ciuman
mereka. Jimin semakin menuntut di dalam ciumannya. Ia melumat bibir atas dan
bawah Jungkook secara bergantian dan menggigitnya. Lidah Jimin yang kini
berhasil masuk ke dalam goa hangat Jungkook, mengajak lidah yeoja itu
bertarung. Saling membelit, saling mendorong hingga membuat decakan-decakan
saliva tercipta di dalam ciuman panas mereka.
"Engg"
erang Jungkook saat tangan Jimin meremas breast miliknya. Entah kapan Jimin berhasil
membuka ikatan bathrobenya dan membuat tubuh putih mulus tanpa cacatnya jadi
terekspos sempurna.
"Ahhhh
hmmm" erang Jungkook saat Jimin terus meremas breast besarnya membuat
dirinya serasa terbang.
"Ahh Jimhhh"
Jungkook semakin merasa lemas saat Jimin menekan-nekan dan menjilat nipplenya
yang sudah menegang.
Jungkook
menekan kepala Jimin agar Jimin semakin dalam menghisap nipplenya. Ia menyukai
apa yang Jimin lakukan pada nipplenya. Jimin yang mengerti terus meraup nipple
atau puting susu itu seperti bayi yang rakus. Jungkook memejamkan matanya
menikmati apa yang di rasakannya sekarang. Rasa nikmat tiada tara yang tak
pernah ia dapatkan sebelumnya dari siapapun.
"Ahh Jimhhh
akuhh basahhhh ahhh" ujar Jungkook susah payah saat merasa ada sesuatu
yang keluar dari dalam tubuhnya.
"Salahkan
sendiri dirimu yang sudah kembali meliarkan singa jinak ini." Ujar Jimin
sukses membuat wajah Jungkook memerah.
"Ahh
Jimhh shhh hmmm" Teriak Jungkook saat Jimin menjilat 'milik'nya dan
menelan cairan yang baru saja keluar dari dalam tubuhnya itu.
"Kau
sudah mengumpankan dirimu untuk singa lapar. Jadi salahkan saja dirimu nona
kelinci jika aku akan memakanmu." Jimin melepaskan boxer hitam yang di
kenakannya menampilkan 'milik'nya yang sudah menegang sempurna. Jimin mengocok
miliknya sebentar hingga mengeluarkan suatu cairan putih. Jungkook yang
melihatnya pun hanya bisa menegak salivanya sendiri.
Jimin segera
menekuk kedua lutut Jungkook dan melebarkannya agar ia bisa dengan mudah masuk
ke inti. Jimin mengarahkan juniornya tepat di depan hole milik Jungkook.
Sesekali Jimin melirik ke arah Jungkook yang hanya bisa memejamkan mata dan
menggigit bibirnya. Kedua tangannya pun mencengkram sprai kuat-kuat. Merasa tak
tega, Jimin membatalkan niatnya. Ia menyandarkan punggungnya disandaran tempat
tidur.
"Jangan
paksakan dirimu. Sudah tidurlah." Ujar Jimin lembut sambil mengusap kepala
Jungkook pelan.
"Shi-shireo!
Ak-aku tidak mau tidur! Jebal hmm..." Jungkook menggigit bibirnya. Ia
bingung ingin mengatakan apa.
"Ani,
aku tidak mau..." tolak Jimin
"Baiklah.
Biar aku yang melakukannya." Ucap Jungkook tegas. Jimin hanya bisa
membulatkan mata mendengar ucapan Jungkook tadi.
"A-akhhhh
a-app-appo shhh" rintih Jungkook saat memaksa junior Jimin masuk ke dalam
hole nya. Ia merasa dirinya seperti di belah menjadi dua. Sakitnya luar biasa. Jimin
yang melihat Jungkook merasa kesakitan pun jadi tidak tega. Ia segera mengecup
bibir pink yang sudah terlihat membengkak akibat aksi bejatnya tadi berharap
cara itu dapat meredam rasa sakit yang didera Jungkook.
"Engg
hmm" desah Jungkook lagi saat junior Jimin sudah benar-benar masuk
sepenuhnya ke dalam hole sempitnya.
"Sakit?"
Tanya Jimin yang hanya di balas anggukan oleh Jungkook.
"Dan
kau..." Jimin membelalakan matanya saat melihat cairan merah mengotori
sprai putih itu. Seakan mengerti maksud Jimin, Jungkook kembali menganggukan
kepalanya.
"Jungkookie
kau ter- ohhh"
Jungkook
mulai menggerakan pinggulnya. Junior Jimin yang sekarang berada di dalamnya
jadi terasa menyodok holenya semakin dalam. Jungkook memejamkan matanya untuk
merasakan kenikmatan tiada tara itu. Jimin pun mau tidak mau ikut menggerakkan
pinggulnya berlawanan arah dengan Jungkook. Ia mengeluarkan juniornya dan kembali
menghentakkannya masuk ke dalam hole Jungkook dengan kuat.
Jimin
membaringkan tubuh Jungkook kembali di tempat tidur.
Kedua
manusia itu masih terus melanjutkan aktifitas panas mereka tanpa ada yang
berniat untuk berhenti. Erangan dan desahan pun saling beradu dan memenuhi
ruang kamar yang ikut menjadi terasa panas. Decitan tempat tidur dan suara
kulit yang bertabrakan pun ikut mengiringi aktifitas Jimin dan Jungkook. Hingga
hari semakin bertambah malam dan tertidur karena kelelahan.
Cittt Citttt
Cittt
Seorang
yeoja terbangun saat sinar matahari tepat menusuk kedua matanya. Ia
mengerjapkan matanya perlahan mencoba membiasakan sinar matahari pagi itu masuk
ke matanya. Yeoja itu menguap lebar tanda jika ia masih mengantuk namun hari
sudah pagi dan memaksanya untuk bangun.
"Ahhh
appo..." rintihnya saat merasakan sakit yang teramat sangat pada bagian
bawahnya.
"Jim?"
Yeoja itu melihat ke samping kirinya tempat dimana semalam ia bisa melihat
dengan jelas seorang namja yang dicintainya tidur bersamanya kini sudah tak ada
disana.
"Jim?
Kau dimana?" Panggil Jungkook namun tak ada jawaban apapun. Dengan susah
payah ia pun bangun.
Dengan tubuh
berbalut selimut, Jungkook berjalan perlahan ke arah kamar mandinya berharap
jika Jimin, namja yang dicintainya berada disana. Jungkook dapat merasa
kesakitan yang amat sangat saat ia melangkahkan satu persatu kakinya ke arah
pintu kamar mandi.
CKLEK
"Jim?"
Jungkook hanya bisa menghela nafasnya berat saat tak mendapati Jimin di dalam
kamar mandi itu.
"Jim?
Kau dimana?" Panggil Jungkook lagi. Namun yang dipanggil tetap tak
menunjukkan batang hidungnya.
Jungkook pun
berjalan kembali ke arah tempat tidurnya. Ia sudah tidak bisa berjalan terlalu
lama lagi. Rasa sakit itu semakin terasa saat ia memaksakan dirinya untuk terus
bergerak. Dan mata Jungkook menangkap sesuatu. Ada secarik kertas di meja nakas
di tempat tidurnya. Jungkook pun mengambil kertas itu dan membaca isi tulisan
di sana.
'Aku sudah
mengikuti apa keinginanmu, bukan? Dan sekarang aku minta kau jangan pernah
mengganggu hidupku lagi. Selamat tinggal. Jimin.'
Jungkook
merasa matanya memanas. Air mata tanpa sadar menetes dari pelupuk matanya. Sakit
hati melihat apa yang tertulis di kertas itu. Namun ia sadar. Semua ini memang
keinginannya dan Jimin tidak pernah menginginkannya. Apa yang terjadi semalam
berasal dari dirinya dan ia tidak bisa menyalahkan Jimin. Semua salah dirinya
dan sekarang yang harus ia lakukan adalah mengikuti apa yang diminta oleh Jimin.
Jangan mengganggunya. Karena Jimin saja sudah menuruti permintaan dirinya. Ia
tidak mau menjadi gadis egois lagi. Ia harus menyerah dan menepati janjinya.
Semoga dengan cara ini ia bisa membuat Jimin dan dirinya bahagia. Ya, semoga
saja.
SKIP
Seorang
gadis cantik sedang berdiri di bawah sebuah pohon sakura di dekat gerbang
universitasnya. Ia terlihat seperti sedang menunggu seseorang dan wajahnya tak
pernah lepas dari senyuman. Tak lama sebuah motor besar berjalan memasuki
gerbang universitas itu. Wajah gadis cantik itu semakin terlihat bahagia. Ia
melambaikam tangannya ke arah seorang pemuda yang mengendarai motor besar itu.
"Chagiya..."
gadis cantik itu merangkul lengan sang pemuda saat pemuda itu berhenti tepat di
depannya.
"Pagi,
chagi. Sudah lama menungguku?" Tanya pemuda berambut merah itu.
"Ani.
Oh ya aku membawakan sesuatu untukmu. Kau harus memakannya, arra?" Ujar
gadis itu sambil memberikan kotak yang di pegangnya.
"Hmm
pasti aku memakannya. Aku kan tidak ingin membuat Yoongieku marah karena aku
tidak memakan masakanmu." Ujar sang pemuda lalu mencubit pelan pipi gadis
yang memerah itu.
"Gomawo,
Jiminie~... Saranghae..."
Tanpa mereka
sadari ada sepasang mata yang melihat mereka dengan tatapan sedih. Orang itu
lalu pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan sakit hati. Air matanya pun
sudah tak bisa ia bendung lagi. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa sekarang.
Yang ia bisa lakukan hanya menangis dan mencoba untuk tegar.
SKIP
Jungkook
sedikit berlari saat baru saja tiba di universitasnya. Ia terlambat hari ini
karenanya ia langsung berlari menuju kelas. Ia tidak ingin mendapat hukuman
karena keterlambatannya. Karena terlalu terburu-buru, ia jadi tidak menyadari
ada seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya sambil membawa beberapa
buku.
Bukk
"Auuw
appo..." Jungkook jatuh tersungkur dengan lutut yang membentur aspal. Rasa
perih dapat ia rasakan saat kulitnya bergesekan dengan aspal keras.
"Ahh
joseonghamnida... Joseonghamnida... Gwenchana?" Tanya seorang gadis
bermaksud membantu Jungkook untuk berdiri.
"Ne,
nan gwenchana... Kamsahamnida..." balas Jungkook sungkan.
"Maaf
aku jalan tidak lihat-lihat hingga membuatmu terjatuh seperti ini." Ujar
gadis berambut coklat panjang itu.
"Aniya,
ini salahku yang berlari dan tidak melihatmu, mian..." Jungkook memberikan
kembali tumpukan buku gadis yang terjatuh.
"Yoongiie!"panggil
seseorang namun aneh Jungkook merasa deg-degan saat mendengar suara orang itu.
"Yoongiie!
Ap-pa yang terja-" ucapan namja itu terpotong saat matanya bertemu dengan
mata Jungkook. Jungkook pun ikut membelalakan matanya membuat matanya yang
bulat jadi bertambah besar.
"Ahh mianhae...
Aku harus pergi. Sekali lagi, mian.." ujar Jungkook lalu langsung berjalan
masuk ke dalam gedung.
"Jim?
Wae? Apa kau mengenalnya? Kau memperhatikannya terus." Ujar Yoongi
menyadarkan Jimin dari lamunannya.
"Ani.
Kajja kita juga harus ke kelas." Ajak Jimin sambil menggenggam tangan
Yoongi masuk ke dalam gedung tempat kelas mereka berada.
SKIP
Jungkook
sudah menyelesaikan kelasnya. Ia merasa penat. Kepalanya terasa pusing
mengingat materi yang diajarkan tadi oleh dosennya. Jungkook butuh penyegaran
sekarang. Ia bermaksud pergi ke kantin untuk membeli minuman dingin untuk
mendinginkan kepalanya yang terasa pusing dan panas itu.
"Satu
Ice Cappucino dan double french fries." Ujar Jungkook sambil memberikan
beberapa lembar won kepada sang bibi penjual minuman di kantin.
"Gomawo..."
Jungkook membawa nampan berisi pesanannya untuk mencari tempat duduk. Namun
sayang kantin itu terlalu ramai dan ia tidak menemukan tempat kosong.
"Hei!
Duduk disini saja!" Tiba-tiba ada seorang yeoja yang berteriak dan
melambaikan tangannya kepada Jungkook. Yeoja itu duduk tepat di samping
Jungkook berdiri.
"A-ani,
tidak usah. Aku akan membungkus makananku dan memakannya di taman saja."
Tolak Jungkook.
"Eiii
jangan seperti itu. Duduklah. Disini." Yeoja itu menarik tangan Jungkook
untuk duduk. Jungkook melirik seorang namja yang duduk di samping yeoja tadi.
Namja itu hanya memasang wajah datar nya dan enggan menatap dirinya.
"Ohh Jim
tidak apa kan jika ia ikut bergabung dengan kita? Kasihan dia... Sudah tidak
ada tempat kosong." Ujar yeoja itu yang hanya diangguki sang namja, Jimin.
"Sudah.
Duduklah. Jangan sungkan pada kami." Yoongi memaksa Jungkook untuk duduk
berhadapan dengannya.
"Ne,
gomawo..." balas Jungkook dan duduk berhadapan dengan Yoongi.
"Oh ya
kita belum berkenalan ya. Siapa namamu? Namaku Min Yoongi tapi kau bisa
memanggilku Yoongi." Ujar Yoongi ramah pada Jungkook.
"Annyeong
aku Jeon Jungkook. Tapi sunbae bisa memanggilku Jungkook saja." Jungkook
balas memperkenalan dirinya dengan santai menghilangkan rasa gugup di hatinya.
"Heyy
jangan panggil aku sunbae. Terdengar tidak enak sekali hahaha eh tunggu, Jeon
Jungkook? Ahh apa kau tidak mengingatku, Kookie? Astaga aku tidak sadar jika
kau Kookieku. Padahal baru beberapa bulan yang lalu kita saling berkiriman
email ya." Ujar Yoongi senang membuat Jimin mengerutkan kening melihat
reaksi kekasihnya itu.
"Ehh?
Ahh astaga! Aku baru ingat! Yoongi eonnie kakak kelasku saat di L.A bukan?
Astaga sudah lama kita tidak bertemu eonnie... Pantas saja aku merasa tidak
asing melihatmu, eon meski ya penampilanmu sekarang sedikit berubah."
Balas Jungkook tak kalah senang. Jimin di buat semakin bingung dengan situasi
seperti ini.
"Kau
juga kelihatan berubah. Jadi tambah cantik. Oh ya, Kookie. Kenalkan, dia namjachinguku,
namanya..."
"Park
Jimin, kan?" Jawab Jungkook tanpa sadar.
"Wah
ternyata kalian sudah saling kenal ya?"
"TIDAK!"
Teriak Jimin dan Jungkook bersamaan.
"Ehh?"
"Hahaha
chagi aku tidak mengenalnya kok, hahaha mana mungkin aku mengenal yeoja seperti
dia haha" ujar Jimin sambil menekan tiap kata-katanya menghasilkan senyum
sedih dari Jungkook.
"Hahaha
ya eonnie, kami memang tidak saling mengenal kok. Aku hanya tahu karena
teman-teman sekelasku ada yang suka membahas tentang Ji-Jimin sunbae
hehehe" balas Jungkook sambil mencoba bersikap biasa. Ia sadar jika sedari
tadi Jimin memelototinya.
"Ohh
jika kalian sudah saling kenal tidak apa kok. Malah bagus aku senang jika
saengku ini kenal dengan namjachinguku." Yoongi mengelus lembut rambut
hitam Jungkook yang hanya dibalas senyuman oleh Jungkook.
"Oh ya
aku baru ingat ini tentang email terakhirmu itu. Kau cerita padaku jika kau
sedang menyukai seseorang di kampus barumu. Karena kau kuliah disini berarti
namja itu kuliah di sini juga, bukan? Dan aku penasaran siapa dia. Aku ingin
lihat siapa namja beruntung yang disukai olehmu itu, Kook." Ujar Yoongi
membuat Jungkook menghentikan acara makannya.
"Ahh
itu hmm..." Jungkook menundukkan kepalanya. Ia bingung harus menjawab apa.
Apa ia harus bilang sejujurnya jika namja yang disukainya adalah namja yang
duduk tepat disamping Yoongi, kakak kelas yang sudah dianggap kakaknya sendiri?
"Katakan
saja. Aku janji tidak akan memberitahu siapapun. Jimin juga tidak akan memberitahu
pada namja itu kok. Ya kan, Jim?"
"Haa?
Ahh ya.." balas Jimin tak kalah gugup.
"Ani,
eon. Tidak ada yang aku sukai. Dulu ya aku memang sempat mengaguminya namun
namja itu selalu menolakku. Jadi sekarang entahlah eon aku sedang belajar
melupakannya. Lagipula namja di dunia ini bukan hanya dia saja, bukan?"
Ujar Jungkook berusaha tegar. Ia mencoba menahan air mata yang nyaris akan
keluar dari pelupuk matanya. Ia menolehkan kepalanya ke samping berharap agar
Yoongi ataupun Jimin tidak bisa melihat wajah sedihnya.
"Aigoo...
Jadi kau baru saja patah hati? Kasihan sekali saengku yang cantik ini... Lihat
saja jika aku tahu siapa namja itu, aku akan meninjunya karena sudah membuat
saengku jadi menangis seperti ini."
"Uhukkk
uhukkk uhukkk" ucapan Yoongi tadi sukses membuat Jimin tersedak
makanannya.
"Waeyo,
Jiminie? Pelan-pelan saja makannya." Ujar Yoongi sambil menepuk-nepuk
punggung Jimin pelan.
Akhirnya Jimin
sudah tidak tersedak lagi. Ia bisa kembali menikmati makanannya seperti semula.
Yoongi dan Jungkook pun terus mengobrol menceritakan semua yang telah mereka
lalui mulai dari masa SMA mereka hingga masa sekarang. Yoongi selalu
menceritakannya dengan wajah berbinar berbeda dengan Jungkook yang hanya
memasang wajah datarnya dan hanya sesekali tersenyum menanggapi ucapan Yoongi.
Jungkook merasa tidak nyaman terus menerus berada disana. Selera makannya pun
seketika lenyap apalagi saat melihat adegan mesra pasangan di hadapannya.
Jungkook merasa mual dan ingin segera pergi dari sana. Namun ia sendiri merasa
tidak enak pada Yoongi yang selalu baik padanya.
"Kookie,
Jiminie~ aku ingin ke toilet sebentar ya." Pamit Yoongi.
"Mau
aku antar?" Tawar Jimin.
"Ani,
tidak perlu. Aku bukan anak kecil lagi, Jim. Sudah kau disini saja. Temani
Jungkook makan disini. Jungkook aku ke toilet sebentar ya." Pamit Yoongi
dan berlalu dari hadapan Jimin dan Jungkook.
Selepas
kepergian Yoongi, suasana di antara Jimin dan Jungkook membeku seketika. Tidak
ada bahan obrolan di antara keduanya. Makanan di hadapan mereka pun jadi
didiami dan seperti enggan mereka makan kembali. Mereka hanya fokus dengan
pikirannya masing-masing.
"Kenapa
kau masih disini? Kau masih ingin mengikutiku? Mana janjimu yang kau bilang kau
tidak akan mengikutiku lagi, hah?" Ujar Jimin to the point. Itulah yang
ingin ia tanyakan pada Jungkook sedari tadi.
"Sebenarnya
aku memang ingin pergi. Tapi aku tidak enak pada Yoongi eonnie makanya
aku..."
"Jangan
jadikan Yoongi sebagai alasanmu untuk tetap disini. Pergilah aku muak
melihatmu." Ujar Jimin ketus. Jungkook merasa sangat sakit hati dengan
ucapan Jimin tadi. Ia ingin membalasnya namun ia juga ingat dengan janjinya
dahulu. Akhirnya tanpa banyak bicara lagi Jungkook bangkit dan berniat pergi
namun kata-kata Jimin berikutnya semakin membuatnya sakit hati.
"Kalau
bisa kau enyah dari hidupku!!."
.
.
.
.
TBC~~~~~
.
Duh kok ya
FF ini ceritanya aneh bin gaje banget ya? Astaga dari awal cerita sok-sokan
action eh ujung-ujungnya kok ya jadi menye-menye gini, fiuhh tapi ya sudahlah
yang penting ini cerita bisa aku publish supaya makin banyak FF tentang Couple
favorit aku JiKook a.k.a Jimin JungKook huehehe susah banget cari FF di FFN
yang cast nya mereka. Rata-rata FF mereka di FFN udah aku baca semua :'( Oh ya
makasih ya untuk yang udah menyempatkan diri dan menyediakan waktu untuk baca
FF aneh bin gaje ini. Dan aku bingung FF ini mau dilanjut atau gimana. Takut
jadi tambah aneh bin gaje sih huhuhu so see you^^/